Sabtu, 09 Juni 2012

Times Up !


hi guys..
gua kembali dengan nuansa baru..
disini gua mo ngasih sinopsis sebuah novel yang bakal diterbitin oleh seorang siswi SLTP berprestasi.
dibaca langsung ajah ya guys.. :) 


Times Up!
Bintang Alamanda

            “Hei, kemana engkau akan pergi saat waktumu telah berhenti, kemana engkau lari saat waktu menghianati, dimana engkau sembunyi saat waktumu habis? Kau, keluar dari permainan, kawan.”
~**~
            Izinkan aku memperkenalkan mereka. Sid, bocah jenius yang selau mendapatkan apa yang dia inginkan, selalu menang di setiap kejuaraan, selalu tau apa yang harus dia kerjakan, dan akhirnya, dia berjalan dengan menegakkan kepala, seakan waktu hanyalah permainan yang mudah, karena itu waktupun mengutuknya, dia menghilang, termakan waktu yang selalu dia remehkan, sekarang dia hanya berlari, lari di waktu yang sama, yang pernah dia lewati.
            Arka, anak lelaki yang pernah hidup dengan semangat yang membara, memecahkan setiap masalah dengan tertawa, dia berfikir asal ada teman di sampingnya, semua akan baik-baik saja, tapi ternyata dia salah, kejadian 5 tahun lalu terulang kembali, masalah terbesarnya datang, tak sanggup melakukan apa-apa, tak ada siapapun di sampingnya, dia terjebak dalam waktu yang paling ingin dilupakannya, saat semua teman kesayangannya pergi dan tak pernah kembali. Ketahuilah kawan, mereka adalah saudaraku yang terjebak dalam waktu. Sid dan Arka, mereka merubah anugrah menjadi malapetaka, garis keluarga kami memang tidak biasa, pernah dengar penjelajah waktu? Yah, itulah keluargaku.
~**~
            “Zara Kavela”,
            “Hadir buk”, ya kawan, Zara itu adalah namaku, gadis yang baru akan genap 17 tahun, tengah melewati masa mudanya dengan bermain dan tertawa, begitulah seharusnya, tapi ternyata kehidupan seorang penjelajah waktu tidak semudah itu, pergi ke tahun ini tahun itu, belajar memperbaiki ini dan itu. Ayahku adalah pimpinan para penjelajah waktu, ibuku manusia biasa, jadi bisa dibilang aku ini.., yah kau tau maksudnya.
            Sekolah berjalan seperti biasa, di sana tidak ada yang tau kalau aku ini penjelajah waktu, tidak ada yang boleh tau, bahkan sesama kami pun tidak diizinkan untuk tau satu sama lain kecuali bila sudah bergabung dengan organisasi, dan besok tiba saatnya aku tau lebih banyak tentang garis keluargaku, umurku sudah cukup 17 tahun dan aku akan segera mengetahui semua kebenarannya.
            “Zara, bagai mana sekolah tadi?”, ini ibuku, wanita yang selalu tersenyum untukku, ayah dan 1 saudaraku yang masih tersisa.
            “Seperti biasa bu, tidak ada yang istimewa di sekolah”, jawabku selalu dengan jawaban yang serupa setiap kali ibu bertanya. Aku naik ke lantai 2 dan tiba-tiba, aku terjatuh ke dalam portal waktu..
            “Fatar!!! Awas kau ya!!” teriakku, anak itu, dia memang bocah nakal, padahal usinya masih 13 tahun, ini ilegal, belum tiba waktu untuknya membuka portal, “Kemana anak itu akan membawaku sekarang?” tanyaku masih di dalam portal, ini memang bukan pertama kalinya dia melakukan hal seperti ini, sebelumnya dia pernah mengantarku ke abad 30 atau ke masa lalu, membuatku dikejar-kejar T-rex, dia bahkan pernah membuatku 5 kali berturut turut mengerjakan hal yang sama, padahal kata ayah itu sangat berbahaya, bila saat dia melakunnya dan tiba-tiba waktu berhenti, salah satu dari kami akan terjebak seperti Sid atau Arka.
            Aku sampai, di mana ini? “Astaga, Paris….”, desihku melihat menara tinggi yang menakjubkan itu, eifel. Baguslah, sekarang hanya tinggal melihat, aku ada di waktu yang mana dan selanjutnya tinggal pulang dengan cepat dan selamat. Kota Paris sangat indah, aku mengelilingi kota mode ini dengan tampang yang penuh ketakjuban, masih dengan seragam putih abu-abu, kenapa orang-orang memperhatikanku? Ku lirik Koran elektronik yang terpajang di salah satu toko, ternyata ini tahun 2017, hahaha, apa yang anak itu rencanakan sekarang? Tiba-tiba, seseorang menarik tanganku dan membawaku berlari keluar dari tempat perbelanjaan itu.
            “Fatar, hei bocah, cepat pulang! Kalau ayah tau, kau akan kena marah habis-habisan lagi”, suruhku setelah tau kalau yang menarik tanganku tadi itu ternyata dia,
            “Ah nenek tua, jangan cerewet”, celetosnya masih menarik tanganku dan terus berlari, apa-apaan anak ini, aku itu kakaknya, bukan neneknya. Kami berhenti, berhenti di sebuah padang rumput yang cukup jauh dari kota, tempat ini berada lumayan tinggi, cukup untuk melihat keindahan kota dengan menara mempesonanya itu,
            “Apa lagi rencanamu hari ini hah?!” tanyaku kesal, tapi dia malah cengengesan, tanpa berbicara apa-apa dibukanya portal waktu, kali ini aku benar-benar heran dengan apa yang dia lakukan, “Apa yang kau lakukan? Membuka portal 2 kali berturut-turut, itukan berbahaya!” aku marah karena hawatir padanya, bagaimana kalau yang ayah selalu bilang itu benar terjadi, bagaimana kalau yang ibu takutkan terulang lagi untuk yang ketiga kali, bagaimana kalau aku harus kehilangan saudara lagi, bila waktu mengambilnya dan tak mengembalikannya pada kami kembali.
            “Bersiap-siaplah nenek tua, pastikan jantungmu terpasang kuat, jangan kaget dengan apa yang akan kau lihat ya”, ingat Fatar sembari tersenyum… apa ya? Senyuman licik mungkin. Ujung portal sudah terlihat, saat kami keluar, aku tidak percaya, kami tidak pergi kemana-mana, tetap di tempat terahir kami berdiri, padang rumput  yang berada di atas bukit, hanya saja..
            “Bagaimana kau melakukannya?” Tanyaku bingung,
            “Apa? Jadi kau tidak tau ya? Ya ampun, bagaimana bisa kau menjadi kakakku? Inikan mudah saja”, jawabnya, menjengkelkan, dia menghinaku ya, “Kau kan hanya tinggal membuka portal, seperti biasa, pergi ke 5 jam yang akan datang”, terangnya,
            “Tapi bagaimana bisa kita tetap di sini?”
            “Apa yang kau bicarakan kak? Coba perhatikan lagi”, aku melihat sekeliling, memang terlihat ada yang berbeda, mataku tertuju pada pohon besar yang sebelumnya berada di depan kami, tapi sekarang sudah ada di belakangku, “Meminimaliskan jarak pindah, itukan mudah”, lanjutnya dengan tatapan meremehkan, aku membuang muka, kesal sekali, adikku sangat sok tau. “Sudah, cepat lihat itu”, tunjuknya ke arah menara, ku lihat, matahari mulai tergelincir ke barat, burung-burung itu terbang kembali ke sarangnya, kota yang bertambah ramai terlihat sangat indah dari sini, ini seperti.. sempurna, apa anak ini sudah merencanakan semuanya?
            “Selamat ulang tahun ya, nenek tua”, bisiknya, “Nah, sebentar lagi… SHOW TIME!!!” teriaknya, tiba-tiba.. langit berubah, berwarna-warni, sangat indah, kembang api yang sangat besar, menciptakan fatamorgana di langit yang sudah menghitam, bintang-bintang dari surga seakan turun dan ikut berpesta, menyamar menjadi kerlap-kerlip lampu kota, ini… indah.
            “Makasih..”, ucapku, harus kuakui anak ini memang pintar, harusnya dia yang lahir duluan, kalau begini terus aku bisa malu jadi kakaknya, kemampuannya bernegosiasi dengan waktu, sangat mengagumkan. Fatar masih ketawa-ketawa sendiri, sudah sampai di langit keberapa dia terbang gara-gara ucapan terimakasihku ini.
            “Kak, ayo pulang”, perkataan Fatar membangunkan ku dari lamunan yang tengah aku selami, aku telah hanyut dalam keindahan kota ini, tak sadar telah berjam-jam kami di sini,
            “Tidak bisa menunggu sebentar lagi?” tanyaku acuh,
            “Tidak bisa”, jawabnya lagi, sepertinya dia cemas ayah akan memarahinya,
            “Baiklah, tapi tunggu sebentar, aku akan mengambil beberapa foto di kota”, teriakku sambil berlari turun kearah menara,
            “Tapi…”, suara anak itu tidak terdengar lagi, ah, kan hanya sebentar saja.
            Tidak ku sangka, 2 jam aku berjalan-jalan di kota, Fatar pasti sudah kesal menunggu. Aku berlari sampai ke atas bukit, dan apa yang kulihat, Fatar duduk dengan muka cemas setengah mati,
            “Hei, kenapa?”Tanya ku berjalan mendekatinya, dia tidak menjawab, aku mengulangi pertanyaan yang sama lagi, berkali-kali, dan akhirnya anak itu angkat bicara,
            “Kak, aku sudah melanggar kesepakatan dengan waktu, hehehe”, aku terkejut, ayah pernah cerita tentang ini, pelanggaran berat bagi penjelajah waktu dan akan menjadi pelanggaran terberat baginya, penjelajah waktu yang belum cukup umur. Kami terlarut dalam diam untuk beberapa saat, aku benar-benar terkejut,
            “Kapan batas waktu seharusnya kita kembali?” tanyaku lagi,
            “Dua jam yang lalu”, jawabnya dengan suara yang agak bergetar,
            “Kenapa tidak bilang padaku!!?” tanyaku kesal, kalau begini aku akan merasa bersalah, semua gara-gara aku, apa yang harus aku lakukan?
            “Sudah ku coba, tapi kau malah berlari ke kota, lagi pula inikan hari ulang tahunmu, apa hakku melarangmu melakukan sesuatu? Lagi pula sudahlah, itu sudah terjadi”,
            “Enteng sekali, kau taukan ini masalah besar, kita tidak akan bisa pulang kalau begini!” cemasku,
            “Bukan kita, itu hanya aku, kau bisa kembali jadi tidak usah cemas berlebihan begitu”, cetusnya, apa maksudnya hanya aku? Dia pikir aku akan pulang dan meninggalkannnya,
            “Apa? Jangan harap aku akan pulang tanpamu, bocah”, aku berfikir keras, tapi Fatar terus menyuruhku untuk kembali ke rumah,
            “Pulang saja kak, aku akan menyusul”,
            “Kau fikir aku ini bodoh ya? Pengetahuanku lebih banyak dari pada mu”, kesalku, amarahku benar-benar meledak, Fatar hanya bisa duduk diam, kurasa dia lebih mencemaskan nasibnya sekarang dari pada omelanku tadi, “Berapa waktuku tersisa?” tanyaku lagi,
            “Aku meminta 20 jam untuk berada di sini, karena kita berdua, sepuluh jam untuk masing-masing, kau sudah memakai 5 jam ditambah 2 jam untuk berfoto di kota, artinya 3 jam lagi untukmu dan aku sudah berhutang 2 jam, karena sebelumnya aku sudah kesini sendiri untuk merencanakan semuanya”,  jelasnya panjang lebar,
            “Baiklah, tiga jam itu kita harus mencari cara membawamu pulang”,
            “Jangan, itu hanya akan meperberat hukumanku dan juga itu sangat berbahaya, lebih baik kau pulang duluan”,
            “bagaimana bisa aku meninggalkan saudara sendiri terjebak dalam waktu”, aku mulai cemas, rasanya menyesal sekali.
            “Sudah, pulanglah, kalau sampai malam aku belum pulang, bilang pada ayah”, lanjut Fatar, di membuka portalku untuk pulang,
            “Aku tidak mau”,
            “Cepatlah, aku tidak bisa menahan portal terlalu lama, kalau ingin menolong, pulang dan beritahu ayah”, pintanya, akhirnya dengan rasa penyesalan itu aku pulang, ini akan jadi kado terburuk sepanjang hidupku.
~**~
            Sampai tengah malam, seperti yang kuduga, Fatar belum juga kembali, aku berlari kebawah,
            “ibu.. apa ayah sudah pulang?” tanyaku panik,
            “Belum, ada apa Zara? Kenapa kelihatannya kau hawatir sekali, mana Fatar?” Tanya ibu, aku tidak bisa menahannya, sesuatu mulai mengalir dari mataku yang memerah,
            “Ibu… Fatar terjebak di waktu, gara-gara aku, waktunya habis dan melewati batas saat kami bermain di tahun 2017”, jelasku, membuat ibu terkejut bukan main, segera diraihnya telpon khusus yang dapat terhubung ke ponsel ayah dimanapun dan kapanpun lelaki itu berada, ibu segera menjelaskan semuanya dan dalam beberapa detik ayah pulang dengan portal yang bersalju, mungkin pria itu baru pulang dari mount everest. Tanpa basa-basi, ayah membuka portal Fatar, secepat ayah pergi secepat itu pula dia kembali, menarik seorang anak lelaki dan membawanya ke ruang bawah tanah, ruang rahasia yang belum pernah aku masuki sebelumnya,
            “Fatar pasti kena marah habis-habisan”, pikirku, ibu menyuruhku lekas tidur, aku tidak bisa menunggu anak itu sampai ia keluar dari bawah sana.
            Tengah malam, seseorang mengetuk pintu kamarku, saat kubuka..
            “Fatar, apa yang kau lakukan malam-malam begini?” tanyaku mengucek-ngucek mata,
            “Kak, tau apa yang kutemukan di Paris tadi?” bisiknya sangat bersemangat, ya ampun anak ini, tidak ada tampang takut sedikitpun setelah dimarahi ayah,
            “Apa?” tanyaku menguap,
            “Aku bertemu Sid dan Arka di sana”, cetusnya bersemangat, aku yang mengantuk langsung terjaga sepenuhnya,
            “Bagaimana kau bisa tau mereka? Bertemu bahkan melihat mereka saja kau belum pernah”, tanyaku keheranan,
            “Aku meliahat foto mereka di ruang bawah tanah tadi, aku jadi ingat saat berjalan-jalan di kota, aku melihat dua orang lelaki turun dari mobil mewah yang sama menuju sebuah hotel berbintang, muka mereka mirip, salah satunya punya bekas luka di kening”, jawab Fatar,
            “Iya! Itu pasti Arka dan Sid, apa ayah sudah tau?”
            “Belum, aku ingin membuatkan kejutan untuk ayah dan ibu, kau mengerti kan?” aku mengangguk,
            “Tapi bagaimana caranya?”
            “Lihat saja besok, aku juga akan mengejutkan mu kak”, jawab anak itu pergi kembali ke kamarnya,
~**~
            Hari ini harinya, pesta penyambutanku sebagai anggota baru organisasi penjelajah waktu, acaranya sangat meriah, pasti ini karena aku adalah anak dari seorang pemimpin.
            “Acara yang sangat seru”, sapa seseorang, aku menoleh dan kulihat, ya ampun, dia seniorku di sekolah, aku baru tau kalau dia penjelajah waktu juga,
            “Iya, terimakasih”, jawabku tersenyum, tapi sebenarnya perasanku tidak sedang baik-baik saja, apa yang sedang dilakukan adik nakalku itu dirumah, apa rencananya membawa pulang Sid dan Arka akan berhasil? Tiba-tiba, angin bertiup kencang dari luar gedung, masuk dengan paksa melalui jendela jendela yang terbuka, aku melihat keluar, ada sebuah…
            “Black hole..”, desis senior yang masih berada di sebelahku, aku rasa… lubang hitam itu dari arah rumahku! Aku segera berlari ke tempat ayah,
            “Ayah.., lubang hitam itu dari rumah!” teriakku,
            “Apa maksudmu?”
            “Ini pasti ulah Fatar, dia bilang dia melihat Sid dan Arka di Paris 2017, tempat ayah menjemputnya kemarin, dan dia berencana membawa mereka kembali”, terangku masih berteriak, hembusan angin semakin kuat, menerbangkan benda-benda di dalam ruangan ini. Ayah mengebut dan dengan cepat kami sampai di rumah, memang benar, lubang hitam itu semakin melebar di atas rumah kami, menghisap semua yang bisa dihisapnya, ibu sudah berada di luar rumah sambil menangis, mana Fatar? Aku berlari masuk ke dalam rumah, ayah menyusulku di belakang, satu ruangan yang kutuju, kamar anak itu, pasti dia membuka portal dan mengeluarkan Sid juga Arka, inikah akibatnya jika seseorang keluar dengan paksa dari waktunya? Benar yang kuduga, di dalam kamar Fatar, ada sebuah portal yang terbuka, tiba-tiba seseorang keluar dari dalamnya, tidak bisa ku percaya, begitu juga ayah, sangat terkejut dengan mata melototnya yang khas, itu… Sid, disusul seorang lagi, Arka. Beberapa menit ruangan itu hening suara, hanya terdengar hembusan kuat angin yang sedang mengamuk di dalamnya, dan mereka tidak bisa melepas rindu, mereka berkumpul, sebenarnya aku juga bahagia, tapi sebuah pertanyaan besar di kepalaku, mana Fatar? Cukup lama portal terbuka, akhirnya orang yang kami tunggu keluar, anak yang menyebabkan semua ini. Fatar keluar dari portal, dia tersenyum bangga, tapi tiba-tiba.. portal yang berada di belakangnya berubah, lubang hitam lagi… Fatar yang masih berdiri di depannya terhisap, aku berusaha menariknya tapi ayah dan kakak-kakakku menahanku, dan Fatar… lenyap bersama lubang hitamnya.
            “Aku tidak percaya… dia yang mengeluarkan kalian, kenapa tidak ada yang menolong!!!!” teriakku benar-benar kesal tapi tidak ada yang angkat bicara, “Ayah… tolong Fatar…” mohonku, air mataku sudah meluncur deras,
            “Maaf, tidak bisa, maafkan ayah Zara, lubang hitam bukanlah tandingan ayah”, jawab pria itu dengan suaranya yang bergetar,
            “Kakak, bantulah dia”, mohonku sangat pada Sid dan Arka, tapi mereka juga menggeleng, apa yang bisa ku lakukan?
~**~
            Sudah 1 tahun berlalu setelah kejadian itu, sebelumnya aku berusaha mencari anak itu dengan membuka banyak portal, aku mencari kesemua tempat dan setiap waktu, tapi tetap saja, dia seakan menghilang, ibu, ayah, Sid dan Arka juga seperti sudah melupakannya.
            “..Jangan terus begini, jangan terus tenggelam dalam masa lalu, jangan mencoba menapaki waktu yang pernah engkau lewati, lihatlah ke depan, harimu masih panjang, adikku”, setelah perkataan Arka beberapa bulan lalu itu, aku mulai berhenti mencari, mungkin memang benar, anak itu salah memakai waktu dan akhirnya dia harus mempertanggungjawabkan semuanya, sekarang waktuku tak akan kubiarkan terbuang sia-sia, untuk mencari seseorang yang mungkin tidak pernah ada, jika ia kembali, adikku Fatar, itu pasti sebuah keajaiban.
~**~
            Hari ini sepulang sekolah, aku memutuskan berjalan kaki, ada sebuah tempat yang sangat ingin aku datangi, beberapa tahun lalu ayah, ibu, aku dan adikku sering main ke sini, taman yang indah.. angin menari riang, bersama daun daun yang gugur terkena tiupan,
            “Nenek tua, apa kabarmu?” aku kenal suara itu, bukan suara angin atau pepohonan, bukan mimpi melainkan kenyataan, anak lelaki pembuat onar telah pulang, mendapatkan kembali waktunya yang telah habis dan datang lagi dengan sebuah kesempatan yang tidak boleh tersia-siakan.
“Fatar… ayo, cepat pulang, kami semua sudah akan berangkat ke Paris”.

"END"

ditunggu komentar dan saran atas sinopsis ini ya guys..
see ya..